Minggu, 17 Juni 2018

Temuan Terbaru Arkeolog BALAR

Salam Arkeologi Komunitas.
Sekira sebulan lalu, tepatnya tanggal 3 Mei 2018 (link berita), mahasiswa, arkeolog, dan peneliti benda purbakala mengukir sejarah penemuan artefak rangka manusia purba di kabupaten Maros. Saya mendapatkan infromasi itu pas sedang berada di kota Tual Maluku Tenggara melalui Whatsapp, akhir Mei lalu. Barulah sempat mengulasnya setelah lebaran Juni lalu  Tentunya, kita boleh ikutan berbangga atas prestasi dan dedikasi para penemunya. Sebagai bahan dokumentasi-informasi, berikut catatan dari obrolan penulis di kantin Mace FIB Unhas dengan salah seorang peneliti, srekolog sekaligus dosen jurusan Arkeologi FIB Unhas perihal proses penemuannya.
Sumber:https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Nur16 
Bermula dari kegiatan tugas kuliah lapang (ekskavasi) mahasiswa jurusan Arkeologi FIB Unhas, di kawasan situs Leang-leang Maros, Tim Balai Arkeologi (Balar) Sulawei Selatan dipimpin Budianto Hakim, peneliti senior (lihat profil), menemukan artefak berupa rangka manusia purba yang diperkirakan berusia lebih dari 3.000 tahun. Berdasarkan struktur tulangannya, dapat diidentifikasi bahwa artefak manusia purba tersebut berjenis kelamin perempuan: "Kami menamakan artefak itu dengan sebutan Becce", begitu penuturan DR. Muhammad Nur (info terkait), ahli arkeologi metrik dan staf pengajar jurusan Arkeologi FIB Unhas. Nama panggilan Becce, umumnya dipakai untuk menyebut "anak perempuan" bagi masyarakat tradisional Bugis-Makassar.
Lebih jauh dengan pak Nur, begitu mahasiswa menyebut nama beliau, menuturkan respon masyarakat terhadap benda-benda prubakala, khususnya terhadap artefak manusia purba. Menurutnya, masyarakat memiliki kearifan lokal dalam mengapresiasi benda purbakala. Cara atau bentuk apresiasi mereka adalah memistifikasi (kataknlah begitu). Maksudnya, masyarakat sekitar situs memahami tinggalan prubakala sebagai sesuatu yang keramat. Dalam pengertian, mereka tidak sembarangan memperlakukan benda tersebut, apalagi hendak merusaknya. Sikap seperti ini harus dipahami sebagai cara masyarakat atau komunitas melestarikan situs. Misalnya, ketika artefak kerangka manusia purba itu ditemukan, masyarakat bereaksi seolah tidak percaya jika ternyata mahasiswa berani bermalam di lokasi temuan. Lebih-lebih lagi ketika artefak tersebut diangkat dan dipindahkan dari tempatnya. Mereka bilang, dalam bahasa Bugis, yang dalam ungkapan sehari-hari: "sunguh berani mahasiswa, betul-betul dipindahkan rangka perempuan  itu", ujar pak Nur, serius.
Sumber: https://news.detik.com/berita/4046752/lokasi-kerangka-manusia-purba-di-sulsel-mulai-didatangi-peziarah
Proses penemuannya relatif singkat, hanya dalam hitungan bulan, dengan biaya yang juga relatif murah, dibandingkan dengan penggalian situs manusia purba dilakukan Tim Ahli di kawasan Situs Tonasa Pangkep. Lebih jauh Doktor M. Nur menjelaskan bagaimana suka duka menggali, merawat dan menguji artefak temuan tersebut. Dibutuhkan mental ketekunan, ketelitian, dan kesabaran yang lebih dari biasanya tatkala sebuah artefak ditemukan. Menemukannya, bolehlah dikatakan tidak sulit, tetapi merekonstruksi serpihan maupun patahan artefak menjadi satu bentuk yang utuh bukanlah pekerjaan ringan.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/kf-bumi-alam-semesta/cara-mengukur-usia-artefak-dan-fosil-dalam-ilmu-arkeologi/255133087885336/
Selain memerlukan keahlian (teknik) penggalian dan penetapan posisi artefak, juga dibutuhkan peralatan yang terbilang mahal. Misalnya, kuas khusus dan bahan kimia tertentu  yang digunakan untuk menguatkan serpihan-serpihan artefak yang rapuh/lapuk agar tidak hancur sewaktu dipindahkan satu persatu. Tantangan selanjutnya adalah penggunaan bahan kimia sejenis radiokarbon (lih. https://en.wikipedia.org/wiki/Radiocarbon_dating) untuk mengestimasi usia temuan (dating) dilaboratorium. Persoalannya, selain biayanya mahal bagi arkeolog dan mahasiswa arkeologi, seringkali presisi hasil uji laboratorium di Universitas Hasanuddin dinilai rendah. Sehingga, uji lab temuan harus dibandingkan dengan hasil pengujian laboratorium arelologi di Jerman, yang saat ini dinilai memeiliki akurasi dan tingkat presisi yang tinggi. Jadi sudah bisa ditaksir besarnya tenaga dan biaya yang dibutuhkan dalam usaha mengukir sebuah catatan sejarah-arkeologi di dunia. 
Bagaimana pemberitaan mengenai penemuan tersebut, berikut ini beberapa gambar dan sumber beri yang terkait.

https://news.detik.com/berita/4045079/peradaban-manusia-4000-tahun-lalu-di-gua-jarie-sudah-tanam-padi
Sumber: https://newsplus.antvklik.com/news/penemuan-kerangka-manusia-purba-4000-tahun-di-maros
Sumber: http://makassar.tribunnews.com/2018/06/01/arkeolog-temukan-kerangka-manusia-yang-berumur-4000-tahun-di-maros