ARKEOLOGI KOMUNITAS 07
"MEMEDIASI MASA LALU, MERANGKAI PARADIGMA DAN PENGALAMAN ARKEOLOGIS MASA KINI"
Sabtu, 08 Agustus 2020
Senin, 15 April 2019
Prodi Arkeologi FIB Unhas Pelopor AUN - QA
M. Nawir
Sulisa Matra Bangsa
Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin merupakan satu di antara
empat Prodi https://unhas.ac.id/article/title/asesor-aun-qa-dari-empat-negara-visitasi-empat-prodi-di-unhas) yang dijajaki (assesment) secara kualitatif oleh Tim ASEAN
University Network (AUN-QA) pada tanggal 10 - 12 April 2019. Asesmen QA
(Quality Assurence) bertujuan untuk memastikan input, proses dan outcome
dari program studi telah sesuai dengan standar yang seharusnya terdapat pada
suatu perguruan tinggi bertaraf nasional dan internasional.
Proses
penjajakan mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan spesifikasi jurusan,
SDM, kinerja kelembagaan, sistim pembelajaran, fasilitas pendukung, mutu luaran
dan jejaring para pihak (alumnus/stake-holder). Hasil penilaian akan menjadi
bahan rekomendasi bagi pimpinan universitas untuk ditindaklanjuti hingga semua
aspek memenuhi standar akreditasi atau pengakuan di level internasional
(ASEAN).
Jurusan
Arkeologi yang telah terakreditasi A (Sangat Baik) mendapatkan kesempatan pertama
untuk menjadi Prodi berstandar internasional di FIB Unhas. Dalam hal ini Prodi Arkeologi menjadi pelopor, pembuka jalan bagi jurusan
yang lain untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan pembelajarannya di masa
datang.
Suatu kebanggaan bagi kami, alumni FIB Unhas sebagai salah seorang
partisipan dalam diskusi terfokus (FGD) yang difasilitasi oleh asesor Prof. Wan
Ahmad Kamil Mahmood (Malaysia) dan Dr. Amelia P. Guevara (Filipina). Penulis
bersyukur dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas keluaran prodi
Arkeologi. Sejak tahun 2000-an, penulis aktif bersama alumni jurusan Arkeologi
FIB Unhas dalam berbagai organisasi sosial, organisasi lingkungan hidup, jurnalistik,
penelitian, dan pendidikan.
Hingga kini, penulis sebagai direktur Sulisa Matra Bangsa, yaitu Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Sosial dan Humaniora, memiliki 6 orang alumni
jurusan Arkeologi FIB Unhas, masing-masing 2 pendiri, 1 orang pengurus, dan 3
peneliti ahli cagar budaya. Selain itu, dalam kurun waktu dua tahun
(2016-2018), Sulisa Mitra Bangsa telah bekerjasama dengan staf pengajar dan
alumni jurusan Arkeologi FIB Unhas melakukan penelitian dan penulisan Naskah
Akademik, dan perencanaan strategis dalam rangka pemajuan kebudayaan. Dari
pengalaman ini, penulis berkesimpulan bahwa Prodi Arkeologi memang layak
menjadi pelopor akreditasi internasional bidang kebudayaan.
Adapun ringkasan pendapat penulis dalam FGD yang berlangsung tanggal 11
April 2019 di ruang Senat FIB Unhas sebagai berikut:
1)
Personal skill dan performance (etos kerja0:
Alumni Arkeologi memiliki kemampuan “good researcher” dengan metode community mapping, dan juga memiliki
kemampuan capacity buildings;
Alumni Arkeologi memiliki “good personal integrity”, “strong commitment”, dan
berorientasi pada plan-do-action oriented.
2) Penilaian terhadap kinerja (attitude, skill, intelegent), alumni Arkeologi
memiliki etos kerja yang menggerakkan keahlian dan pengetahuan, serta berkemampuan
mengelola sumber daya organisasi (social capital).
3) Perbandingan dengan alumni lain, dalam hal ini alumni Arkeologi cukup teruji
dalam "team working", "community base", terutama mereka
yang bekerja dalam bidang pengembangan masyarakat (community developmen).
4) Kompetensii terkuat alumni yang dapat dikembangkan terletak pada penguasaan
metode Action Research, dan pemetaan
situs (field exploration).
5) Keterlibatan dalam penyusunan prodi Arkeologi, dalam ini penulis cukup
intensif berkomunikasi dan bertukar pikiran mengenai metode pengembangan studi
"Community Base Archaelogy", dan kapasitas Participatory Research, misalnya bagaimana menguatkan kapasitas
pengelolaan maupun penelitian situs berbasis warga (community archeology).
6) Saran penulis untuk prodi adalah perlunya pengembangan kemampuan enterpreneurship
yang menunjang kemandirian alumni, dan Collaborative Learning, misalnya Antropologi
dan Arsitektur.
Selamat dan Sukses Arkeologi Unhas.
Senin, 14 Januari 2019
Minggu, 17 Juni 2018
Temuan Terbaru Arkeolog BALAR
Salam Arkeologi Komunitas.
Sekira sebulan lalu, tepatnya tanggal 3 Mei 2018 (link berita), mahasiswa, arkeolog, dan peneliti benda purbakala mengukir sejarah penemuan artefak rangka manusia purba di kabupaten Maros. Saya mendapatkan infromasi itu pas sedang berada di kota Tual Maluku Tenggara melalui Whatsapp, akhir Mei lalu. Barulah sempat mengulasnya setelah lebaran Juni lalu Tentunya, kita boleh ikutan berbangga atas prestasi dan dedikasi para penemunya. Sebagai bahan dokumentasi-informasi, berikut catatan dari obrolan penulis di kantin Mace FIB Unhas dengan salah seorang peneliti, srekolog sekaligus dosen jurusan Arkeologi FIB Unhas perihal proses penemuannya.
Sumber:https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Nur16 |
Bermula dari kegiatan tugas kuliah lapang (ekskavasi) mahasiswa jurusan Arkeologi FIB Unhas, di kawasan situs Leang-leang Maros, Tim Balai Arkeologi (Balar) Sulawei Selatan dipimpin Budianto Hakim, peneliti senior (lihat profil), menemukan artefak berupa rangka manusia purba yang diperkirakan berusia lebih dari 3.000 tahun. Berdasarkan struktur tulangannya, dapat diidentifikasi bahwa artefak manusia purba tersebut berjenis kelamin perempuan: "Kami menamakan artefak itu dengan sebutan Becce", begitu penuturan DR. Muhammad Nur (info terkait), ahli arkeologi metrik dan staf pengajar jurusan Arkeologi FIB Unhas. Nama panggilan Becce, umumnya dipakai untuk menyebut "anak perempuan" bagi masyarakat tradisional Bugis-Makassar.
Lebih jauh dengan pak Nur, begitu mahasiswa menyebut nama beliau, menuturkan respon masyarakat terhadap benda-benda prubakala, khususnya terhadap artefak manusia purba. Menurutnya, masyarakat memiliki kearifan lokal dalam mengapresiasi benda purbakala. Cara atau bentuk apresiasi mereka adalah memistifikasi (kataknlah begitu). Maksudnya, masyarakat sekitar situs memahami tinggalan prubakala sebagai sesuatu yang keramat. Dalam pengertian, mereka tidak sembarangan memperlakukan benda tersebut, apalagi hendak merusaknya. Sikap seperti ini harus dipahami sebagai cara masyarakat atau komunitas melestarikan situs. Misalnya, ketika artefak kerangka manusia purba itu ditemukan, masyarakat bereaksi seolah tidak percaya jika ternyata mahasiswa berani bermalam di lokasi temuan. Lebih-lebih lagi ketika artefak tersebut diangkat dan dipindahkan dari tempatnya. Mereka bilang, dalam bahasa Bugis, yang dalam ungkapan sehari-hari: "sunguh berani mahasiswa, betul-betul dipindahkan rangka perempuan itu", ujar pak Nur, serius.
Sumber: https://news.detik.com/berita/4046752/lokasi-kerangka-manusia-purba-di-sulsel-mulai-didatangi-peziarah |
Proses penemuannya relatif singkat, hanya dalam hitungan bulan, dengan biaya yang juga relatif murah, dibandingkan dengan penggalian situs manusia purba dilakukan Tim Ahli di kawasan Situs Tonasa Pangkep. Lebih jauh Doktor M. Nur menjelaskan bagaimana suka duka menggali, merawat dan menguji artefak temuan tersebut. Dibutuhkan mental ketekunan, ketelitian, dan kesabaran yang lebih dari biasanya tatkala sebuah artefak ditemukan. Menemukannya, bolehlah dikatakan tidak sulit, tetapi merekonstruksi serpihan maupun patahan artefak menjadi satu bentuk yang utuh bukanlah pekerjaan ringan.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/kf-bumi-alam-semesta/cara-mengukur-usia-artefak-dan-fosil-dalam-ilmu-arkeologi/255133087885336/ |
Selain memerlukan keahlian (teknik) penggalian dan penetapan posisi artefak, juga dibutuhkan peralatan yang terbilang mahal. Misalnya, kuas khusus dan bahan kimia tertentu yang digunakan untuk menguatkan serpihan-serpihan artefak yang rapuh/lapuk agar tidak hancur sewaktu dipindahkan satu persatu. Tantangan selanjutnya adalah penggunaan bahan kimia sejenis radiokarbon (lih. https://en.wikipedia.org/wiki/Radiocarbon_dating) untuk mengestimasi usia temuan (dating) dilaboratorium. Persoalannya, selain biayanya mahal bagi arkeolog dan mahasiswa arkeologi, seringkali presisi hasil uji laboratorium di Universitas Hasanuddin dinilai rendah. Sehingga, uji lab temuan harus dibandingkan dengan hasil pengujian laboratorium arelologi di Jerman, yang saat ini dinilai memeiliki akurasi dan tingkat presisi yang tinggi. Jadi sudah bisa ditaksir besarnya tenaga dan biaya yang dibutuhkan dalam usaha mengukir sebuah catatan sejarah-arkeologi di dunia.
Bagaimana pemberitaan mengenai penemuan tersebut, berikut ini beberapa gambar dan sumber beri yang terkait.
https://news.detik.com/berita/4045079/peradaban-manusia-4000-tahun-lalu-di-gua-jarie-sudah-tanam-padi |
Sumber: https://newsplus.antvklik.com/news/penemuan-kerangka-manusia-purba-4000-tahun-di-maros |
Jumat, 15 Desember 2017
Literasi Warisan Budaya
Bahan Tayang Workshop Penulisan Kreatif APEX
2017
M. Nawir
Sulisa Matra Bangsa
polena polele winru tenreq kutuju mata padanna sulisa
Literasi (literacy)
•Keaksaraan (“melek huruf”)
•Kemampuan baca – tulis
•Literatus (orang yang belajar)
"Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
•Literatus (orang yang belajar)
"Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
masyarakat." (NIFL)
Literasi kaum muda
Kaum Muda adalah “Ahli Waris” kekayaan kebudayaan suatu daerah atau bangsa. Pewarisan
(transformasi) nilai-nilai budaya berlangsung sejak dini dalam kesadaran dan ketaksadarannya.
Proses generasi muda mempelajari atau mewarisi kebudayaan dan kehidupan sehari-hari hingga \
memperoleh kesadaran atau pengetahuan:
üMengingat
üMendengarkan
üMembaca
üMenyaksikan
üMengungkapkan (lisan, tulisan, audio visual)
üMelakukan (perubahan perilaku)
Mengingat adalah tindakan pada masa kini tentang masa lalu, dan bukan tindakan masa lalu. Batas
halus antara masa kini dan masa lalu itu lah yang membentuk ingatan ‘memoria’ (Daniel Dakhidae).
Mendengarkan adalah tindakan pada masa kini tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Beda tipis antara kegiatan mendengar dan mendengarkan, terjadi ketika seseorang memperhatikan \
secara sungguh sungguh apa yang dikatakan orang lain (menyimak).
Proses menyimak membutuhkan sikap rendah hati dan disiplin mendengarkan.
\
Warisan budaya
Cultural heritage is the legacy of physical artefacts and intangible
attributes of a group or society that are inherited from past generations,
maintained in the present and bestowed for the benefit of future
generations (http://www.unesco.org)
Cultural heritage
Kaum Muda adalah “Ahli Waris” kekayaan kebudayaan suatu daerah atau bangsa. Pewarisan
(transformasi) nilai-nilai budaya berlangsung sejak dini dalam kesadaran dan ketaksadarannya.
Proses generasi muda mempelajari atau mewarisi kebudayaan dan kehidupan sehari-hari hingga \
memperoleh kesadaran atau pengetahuan:
üMengingat
üMendengarkan
üMembaca
üMenyaksikan
üMengungkapkan (lisan, tulisan, audio visual)
üMelakukan (perubahan perilaku)
Mengingat adalah tindakan pada masa kini tentang masa lalu, dan bukan tindakan masa lalu. Batas
halus antara masa kini dan masa lalu itu lah yang membentuk ingatan ‘memoria’ (Daniel Dakhidae).
Mendengarkan adalah tindakan pada masa kini tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Beda tipis antara kegiatan mendengar dan mendengarkan, terjadi ketika seseorang memperhatikan \
secara sungguh sungguh apa yang dikatakan orang lain (menyimak).
Proses menyimak membutuhkan sikap rendah hati dan disiplin mendengarkan.
\
Warisan budaya
Cultural heritage is the legacy of physical artefacts and intangible
attributes of a group or society that are inherited from past generations,
maintained in the present and bestowed for the benefit of future
generations (http://www.unesco.org)
Cultural heritage
1) Tangible cultural
heritage: •movable cultural
heritage (paintings, sculptures, coins,
manuscripts) •immovable cultural heritage (monuments, archaeological sites) •underwater cultural
heritage (shipwrecks, underwater ruins and cities)
2) Intangible cultural heritage: •oral traditions, performing arts, rituals\
manuscripts) •immovable cultural heritage (monuments, archaeological sites) •underwater cultural
heritage (shipwrecks, underwater ruins and cities)
2) Intangible cultural heritage: •oral traditions, performing arts, rituals\
Warisan Budaya adalah benda (tangible) dan atribut tak
benda (intangible) yang merupakan jati
diri masyarakat atau bangsa yang diwariskan oleh generasi masa lalu, dan dilestarikan kepada
generasi masa kini dan yang akan datang.
diri masyarakat atau bangsa yang diwariskan oleh generasi masa lalu, dan dilestarikan kepada
generasi masa kini dan yang akan datang.
Warisan budaya berupa benda (tangible ) dapat diindera dan diukur (artefak, peralatan, bangunan
maupun berupa lokasi atau kawasan).
Warisan budaya tak benda (intangible) hanya dapat diapresiasi dengan akal-budi dan rasa-merasa
(pengetahuan tradisional, desain industri, tradisi lisan, komposisi bunyi, gerak, motif).
maupun berupa lokasi atau kawasan).
Warisan budaya tak benda (intangible) hanya dapat diapresiasi dengan akal-budi dan rasa-merasa
(pengetahuan tradisional, desain industri, tradisi lisan, komposisi bunyi, gerak, motif).
Potensi warisan budaya
1.Warisan sejarah dan arkeologi
2.Warisan ritual, seni dan
sastra
3.Warisan kelembagaan adat
4.Warisan pengetahuan
lokal
5.Warisan industri rakyat
6.Warisan arsitektural
Perlindungan benda cagar
budaya
(UU No. 11/2010)
1.Aspek Ekonomis, cagar budaya harus mampu meningkatkan harkat kehidupan rakyat
banyak;
2.Aspek Sosial, pelestarian cagar budaya adalah “kewajiban” semua orang;
3.Aspek Budaya, pelestarian cagar budaya harus membuka peluang upaya pengembangan dan
pemanfaatannya oleh masyarakat;
4.Aspek Politis, kewajiban pemerintah“meringankan beban” pelestarian yang ditanggung masyarakat.
2.Aspek Sosial, pelestarian cagar budaya adalah “kewajiban” semua orang;
3.Aspek Budaya, pelestarian cagar budaya harus membuka peluang upaya pengembangan dan
pemanfaatannya oleh masyarakat;
4.Aspek Politis, kewajiban pemerintah“meringankan beban” pelestarian yang ditanggung masyarakat.
Pentingnya perlindungan WARISAN BENDA cagar
budaya
1) Cagar Budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak
terbarui.
2) Jumlahnya cenderung berkurang sebagai akibat dari pemanfaatan yang tidak memperhatikan upaya
pelindungannya.
3) Maraknya perdagangan benda cagar budaya koleksi pribadi.
WARISAN BUDAYA TAK BENDA
1) Cagar Budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak
terbarui.
2) Jumlahnya cenderung berkurang sebagai akibat dari pemanfaatan yang tidak memperhatikan upaya
pelindungannya.
3) Maraknya perdagangan benda cagar budaya koleksi pribadi.
WARISAN BUDAYA TAK BENDA
1.Ritual (upacara adat/agama)
2.Seni (tari, musik,
drama)
3.Sastra (folklore,
paseng, toloq)
4.Pengetahuan lokal
(pengobatan, pertanian, pelayaran, perdagangan, desain arsitektur, teknologi
pembuatan perahu, dll)
pembuatan perahu, dll)
vHak atas Kekayaan
Intelektual (Intelectual Property Rights UU Hak Cipta No. 28/2014 mengatur
secara khusus Ekspresi Budaya Tradisional yang Tidak Diketahui Penciptanya, Ciptaan yang
Dilindungi. Dan Karya yang Tidak Dilindungi Hak Cipta.
secara khusus Ekspresi Budaya Tradisional yang Tidak Diketahui Penciptanya, Ciptaan yang
Dilindungi. Dan Karya yang Tidak Dilindungi Hak Cipta.
WARISAN BUDAYA TAK BENDA
Hak Cipta atas hasil kebudayaan rakyat atau atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya
dipegang oleh Negara, yaitu peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya.
Negara memegang Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama
seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi,
dan karya seni lainnya
seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi,
dan karya seni lainnya
Permasalahan
Internal:
1) Keterbatasan keahlian
2) Keterbatasan sarana dan
prasarana
3) Keterbatasan data primer
dan sekunder
Eksternal:
1) Belum terjalin sinergi
antar-instansi terkait dalam perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan
warisan budaya
warisan budaya
2) Kesadaran dan partisipas masyarakat yang rendah, wabil-khusus generasi muda
Seven Kinds of Smart (Thomas Armstrong)
1. Verbal/linguistis: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis.
2. Matematis/logis:
kemampuan memanipulasi sistem nomor dan konsep logis.
3. Spasial: kemampuan
melihat dan memanipulasi pola-pola desain.
4. Musikal: kemampuan
mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada, irama, dan
keselarasan.
keselarasan.
5. Kinestetis-tubuh:
kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan, seperti dalam olah raga atau
tari.
tari.
6. Intrapersonal: kemampuan
memahami perasaan diri sendiri, gemar merenung serta berfilsafat.
7. Interpersonal: kemampuan
memahami orang lain, pikiran, serta perasaan mereka
(http://berandasastra.blogspot.co.id/2008/10/teknik penulisan-kreatif.html)
Proses KREATIF
“1% inspirasi , 99%
keringat“ (Thomas Alfa Edison)
Creative Writing
“is anything where the purpose is to express
thoughts, feelings and emotions rather than to simply
convey information”
“is any form of writing which is written with the creativity of mind: fiction writing, poetry writing,
creative nonfiction writing and more. The purpose is to express something, whether it be feelings,
thoughts, or emotions”.
convey information”
“is any form of writing which is written with the creativity of mind: fiction writing, poetry writing,
creative nonfiction writing and more. The purpose is to express something, whether it be feelings,
thoughts, or emotions”.
Persiapan (Prewriting): menyiapkan ide dan perangkat yang mendukung penulisan
Tesis (Thesis): menentukan ide atau tema utama yang akan ditulis
Garis Besar (Outline): membuat garis-garis besar pikiran yang terhubung dengan tema utama
Rancangan (Drafting):mengubah ‘garis-garis besar pikiran’ menjadi kalimat dan paragraf
Revisi (Revision): membaca ulang rancangan tulisan hingga yakin sudah logis, menarik, dan
sesuai pesan yang hendak disampaikan
Tesis (Thesis): menentukan ide atau tema utama yang akan ditulis
Garis Besar (Outline): membuat garis-garis besar pikiran yang terhubung dengan tema utama
Rancangan (Drafting):mengubah ‘garis-garis besar pikiran’ menjadi kalimat dan paragraf
Revisi (Revision): membaca ulang rancangan tulisan hingga yakin sudah logis, menarik, dan
sesuai pesan yang hendak disampaikan
ragam tulisan
FEATURE
Jenis tulisan kreatif yang bertujuan menginformasikan suatu peristiwa, atau kehidupan seseorang
yang dikemas dengan kalimat lugas yang menarik.
yang dikemas dengan kalimat lugas yang menarik.
Essai
Karangan bebas atau tidak terikat struktur:
Tema Faktual,
Subjektif, sudut pandang penulis,
Menggugah (gaya bahasa sastra)
Tema Faktual,
Subjektif, sudut pandang penulis,
Menggugah (gaya bahasa sastra)
Ciri:
Kreatif dalam menciptakan ide,
Informatif dalam penulisan isi,
Menghibur dalam gaya penulisan bahasa,
Subjektif dalam penyampaian kata
Kreatif dalam menciptakan ide,
Informatif dalam penulisan isi,
Menghibur dalam gaya penulisan bahasa,
Subjektif dalam penyampaian kata
jenis:
Human
Interest
Menyentuh sisi kemanusiaan pembaca;
Menggugah empati (pesse)pembaca (haru, bangga, bersimpati). Misalnya, menulis tentang
kehidupan sehari-hari seorang penjaga situs cagar budaya di pelosok desa, atau tentang
pengrusakan benda cagar budaya di kawasan wisata.
Featuress Sejarah
Menceritakan peristiwa masa lalu yang masih menarik dan relevan meski diberitakan di masa
kini.. Misalnya, menulis tentang sisi lain sejarah masuknya Islam di desa anda.
Features Biografi
Berfokus pada riwayat hidup tokoh dari sisi kebiasaan sehari-hari dalam keluargadan pergaulannya.
Bisa juga menulis tentang sistim pewarisan nilai-nilai budaya dari tokoh adat kepada generasi
muda.
Menyentuh sisi kemanusiaan pembaca;
Menggugah empati (pesse)pembaca (haru, bangga, bersimpati). Misalnya, menulis tentang
kehidupan sehari-hari seorang penjaga situs cagar budaya di pelosok desa, atau tentang
pengrusakan benda cagar budaya di kawasan wisata.
Featuress Sejarah
Menceritakan peristiwa masa lalu yang masih menarik dan relevan meski diberitakan di masa
kini.. Misalnya, menulis tentang sisi lain sejarah masuknya Islam di desa anda.
Features Biografi
Berfokus pada riwayat hidup tokoh dari sisi kebiasaan sehari-hari dalam keluargadan pergaulannya.
Bisa juga menulis tentang sistim pewarisan nilai-nilai budaya dari tokoh adat kepada generasi
muda.
Features
Perjalanan
Biasa disebut ‘caper’ atau catatan perjalanan maupun catatan hasil kunjungan
Umumnya bersifat kronologis (tempat dan waktu), momen
penting, kesan, dilengkapi dengan detail objek yang dikunjungi.
Features ‘Ilmiah’
Berisi pembahasan seputar ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, hasil penemuan di bidang
ipteks, kesehatan.
Temuan baru dari situs-situs purbakala dapat ditulis secara ilmiah dengan gaya features atau pun
esai.
Biasa disebut ‘caper’ atau catatan perjalanan maupun catatan hasil kunjungan
Umumnya bersifat kronologis (tempat dan waktu), momen
penting, kesan, dilengkapi dengan detail objek yang dikunjungi.
Features ‘Ilmiah’
Berisi pembahasan seputar ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, hasil penemuan di bidang
ipteks, kesehatan.
Temuan baru dari situs-situs purbakala dapat ditulis secara ilmiah dengan gaya features atau pun
esai.
Anatomi feature
JUDUL
•Judul tidak selalu mewakili seluruh topik tulisan.
•Judul tulisan feature atau
esai tidak selalu mewakili seluruh topik dalam tulisan.
•Judul yang baik dibuat secara menarik, bahkan terkesan
sensasi.
PARAGRAF
PEMBUKA
•Paragraf terdiri dari beberapa kalimat, yang berisi satu gagasn/ide atau pendapat.
•Pada setiap kalimat terdapat pendapat dan informasi yang
logis atau saling menjelaskan,
sehingga gagasan dalam paragraf tetap utuh.
•Buatlah paragraf dengan bahasa yang sangat menarik
perhatian pembaca.
•Gunakan bahasa yang bisa menggugah emosi pembaca, membuat
pembaca penasaran
dan bertanya-tanya.
BADAN/ISI
TULISAN
• Badan tulisan laiknya badan
kita, yang menopang seluruh tema tulisan.
• Jika sudah masuk ke inti tulisan, kita harus menuliskan
alur yang sistemastis, jangan berbelit-
belit! Usahakan tulisan kita bukan hanya berisi informasi belaka, tapi juga diselingi deskripsi
suasana, karakter sosok
yang kita sampaikan atau hal-hal ringan lainnya.
PENUTUP
•Penutup adalah paragraf yang memberi kesan terakhir maupun kesimpulan dari apa yang kita tulis.
Sebagus apapun judul atau tulisan kita, jika kita tidak bisa menutup tulisan kita dengan semenarik
mungkin, maka akan terasa hambar di belakangnya.
Sebagus apapun judul atau tulisan kita, jika kita tidak bisa menutup tulisan kita dengan semenarik
mungkin, maka akan terasa hambar di belakangnya.
Langganan:
Postingan (Atom)