Jumat, 12 Februari 2016

MEMEDIASI ARKEOLOGI DAN PARIWISATA

Kebudayaan belum dianggap sebagai modal yang bernilai tinggi bagi masa depan rakyat. Usaha arkeologi menjembatani kebutuhan pemerintah dan pemahaman segenap lapisan masyarakat Indonesia masih ketinggalan jauh dari negara-negara maju, bahkan dari beberapa negara berkembang di Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia. Pemikiran, cara kerja, dan data-data baru yang tumbuh subur pada dunia arkeologi Indonesia masih lebih banyak bergerak di sekitar “lingkar dalam” para akademisi, peneliti, dan praktisi arkeologi. 
Persentuhan langsung, kerja arkeologi dengan dunia praktis kepariwisataan sejak tahun 2000 juga masih mencari bentuk. Prinsip-prinsip pokok untuk “menjual” atau mempromosikan aset arkeologi untuk pariwisata terus diperdebatkan. Maka di samping sulit mempriktekkannya, sesungguhnya wisata arkeologi menuntut kerja-kerja serta usaha-usaha mediasi untuk mencapai tingkat pemahaman yang memadai dari segenap lapisan masyarakat itu. 
Meskipun secara tradisional posisi Arkeologi Indonesia sudah diketahui sarat dengan potensi masa lalu yang unik dan mahal, namun usaha mediasi itu masih mengalami banyak kesulitan dan hambatan dari pemilik kebudayaan sendiri, justru ketika kebutuhan masyarakat moderen akan “jalan balik” makin meningkat lewat pelancongan ke kawasan situs purba dan klasik.
Karangan yang khusus dikumpulkan redaksi Jurnal Arkeologi Walennae Balai Arkeologi Makassar ini memperlihatkan pentingnya peran penelitian dalam pengembangan kepariwisataan. Pemikiran pembangunan, kebangsaan dan kerakyatan dalam arkeologi Indonesia sangat berguna untuk melihat perkembangan pengetahuan manusia, menumbuhkan sikap kritis terhadap nasionalisme dan dominasi negara terhadap hak-hak budaya. Pada dasarnya, buku ini mengajak pembaca melihat benang merah, arkeologi dan pariwisata serta menelusuri butir-butir pemikiran akademik, arkeologis, sosiologis, sampai tujuan praksisnya. (Dg. Situju)

Sumber:
Cover buku Memediasi Masa Lalu: Spektrum Pariwisata dan Arkeologi, LEPHAS, 2001)
Penulis M. Irfan Mahmud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar