Selasa, 23 Februari 2016

BERPIKIR SKENARIO

Scenario planning, also called scenario thinking or scenario analysis, is a strategic planning method that some organizations use to make flexible long-term plans. It is in large part an adaptation and generalization of classic methods used by military intelligence (wikipedia).
Berpikir skenario (scenario thinking) merupakan suatu metode analisis dalam proses perencanaan strategis, yang kemudian disebut perencanaan skenario (scenario planning). Metode ini diadaptasi dari model perencanaan klasik yang umum digunakan oleh intelejen dalam kemiliteran (Mats Lindgren & Hands Bandhold, 2003). Herman Kahn adalah salah seorang pemikir yang mencanangkan model berpikir skenario dalam bentuk narasi masa depan dalam perencanaan militer Amerika Serikat tahun 1950-an. Kahn mengadopsi istilah 'skenario' sebagai narasi masa depan. Kemudian pada tahun 1961, Kahn mendirikan Hudson Institute untuk mengembangkan skenario masa depan dalam pelayanan publik.
Sejak tahun awal tahun 1970-an, teknik perencanaan skenario ini dikembangkan secara serius di kalangan pengusaha minyak. Mereka menggunakan metode ini sebagai cara memetakan dan mengantisipasi masa depan yang serba tidak menentu, terutama persaingan di sektor migas. Royal Dutch atau Shell adalah salah satu perusahaan minyak yang sukses menerapkan perencanaan skenario ini. Shell secara konsisten menggunakan perencanaan skenario untuk mengevaluasi dan menentukan pilihan-pilihan strategis dalam memenangkan persaingan binis kapal tanker dan petrokimia.
Selanjutnya, metode berpikit skenario pun digunakan dalam mengembangkan sistim demokratisasi di Afrika. Pada tahun 1992, masyarakat Afrika Selatan menerapkan perencanaan skenario dalam membangun konsensus untuk mengakhiri rezim Apartheid. Skenario Afrika Selatan menghasilkan perubahan yang revolusioner, yang ditandai dengan pengakhiran rezim Apartheid. Keberhasilan ini melahirkan Nelson Mandela, seorang tokoh sentral pemimpin anti-apartheid menjadi Presiden pertama Afrika Selatan berkulir hitam, setelah 25 tahun mendekam dalam penjara. Pada tahun 2000-an, di Colombia pun diterapkan perencanaan skenario untuk mengakhiri konflik milietr dengan kelompok pemberontak (gerilyawan).
Pasca reformasi 1998, Komnas HAM dan sejumlah organisasi masyarakat sipil menginisiasi perencanaan skenario. Pada tahun 1999 - 2000, Skenario Indonesia 2010 diproses dalam berbagai forum diskusi terfokus yang berlangsung secara estafet dari provinsi ke provinsi. Dokumen Skenario Indonesia 2010 memuat empat narasi masa depan Indonesia, yaitu;
  1. Skenario Masuk Ke Rahang Buaya. Metafor ini meramalkan bangsa Indonesia kembali terperangkap situasi sosial, ekonomi dan politik yang tidak menentu pasca reformasi dalam pemerintahan yang otoriter;
  2. Skenario Di Ujung Tanduk. Metafor ini menggambarkan kondisi terburuk bangsa Indonesia; nasionalisme pecah, pertumpahan darah tidak terelakkan; Indonesia ibarat kapal yang pecah di tengah lautan;
  3. Skenario Mengayuh Biduk Retak. Metafor ini membayangkan bangsa Indonesia menghindari perpecahan, dan memulai menata sistim politik, ekonomi dan sosial, salah satu poinnya adalah otonomi daerah;
  4. Skenario Biar Lambat Asal Selamat. Metafor ini menggambarkan pilihan yang paling baik dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Skenario ini merupakan konsensus nasional yang menjawab tunturtan dasar rakyat pasca reformasi 1998, di antaranya Otoda, reformasi TNI/Polri, reformasi birokrasi, reformasi UU Politik, dan sistim ekonomi yang terbuka.
Tidak sedikit kalangan yang pesimis terhadap substansi skenario tersebut. Apalagi setelah pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gusdur) dijatuhkan oleh kekuatan elit partai politik dan militer. Namun, mayoritas bangsa Indonesia tentu menginginkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas ekonomi-politik. Di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004 – 2014), ramalan tentang Indonesia 2010 pun relatif terjadi, meskipun tersisa sejumlah persoalan mendasar, di antaranya adalah kenaikan harga BBM/Sembako, korupsi ekopol, dan konflik penguasaan atau pengelolaan sumberdaya alam.

Perencanaan Skenario
Pada dasarnya model skenario merupakan metode berpikir yang melekat dalam perencanaan strategis (strategic planning). Dengan kata lain, dibutuhkan metode berpikir skenario agar proses perencanaan lebih fleksibel (lateral, out of box). Dalam prosesnya, digali (brainstorm) sebanyak mungkin pertanyaan maupun pernyataan yang bersumber DARI sikap, pandangan, dan impian setiap orang tentang masa depan dalam suatu komunitas maupun organisasi dan dalam suatu batas waktu (time line). Bayangan tentang masa depan itu didasari oleh pengalaman masa kini, juga masa lalu, yang diapresiasi sebagai kondisi yang serba tidak pasti (uncertanttly) sebagaimana masa depan itu sendiri. Agar hasil perencanaan lebih tajam (specific, relevant, clear, focus),dilakukan analisis terhadap faktor pendorong dan faktor penghambat (driving forces) yang mempengaruhi masa depan yang telah teridentifikasi dan terumuskan (focal concern)
Perencanaan Skenario (scenario planning) adalah wahana atau perangkat berpikir untuk menstimulasi dan mensimulai pemikiran dan pendekatan tentang masa depan yang diharapkan terjadi atau sebaliknya. Masa depan dalam sebuah skenario adalah hal-hal yang bakal terjadi, apa yang ingin kita lihat terjadi, dan apa yang mungkin terjadi. Bayangan tentang masa depan itu dinarasikan secara meyakinkan dalam sebuah alur peristiwa yang konsisten dengan masa kini, bukan dalam sebuah tahapan. Hal ini yang membedakannya dengan berpikir strategis, yang mengedepankan tahapan atau tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan secara bertahap untuk mencapai tujuan di masa depan.

Ilustrasi Berpikir Skenario

Ilustrasi Berpikir Strategi:

Secara umum, perencanaan skenario memiliki lima tahapan proses diskusi dan pembahasan:
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan Focal Concern atau fokus issu pokok yang menjadi sumber kekuatiran atau masalah mendasar di masa depan.
  2. Mengidentifikasi Driving Forces, yaitu kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong maupun menghambat perubahan-perubahan yang berkaitan dengan fokus isu pokok.
  3. Mengidentifikasi ketidakpastian (Uncertainty) yang terdapat pada fokus isu pokok (key forces).
  4. Menyusun logika skenario. Pada tahapan ini mulai dilakukan pendalaman melalui suatu penelitian kualitatif atau Focus Group Discussion untuk mendapatkan alternatif-alternatif skenario yang logis.
  5. Fleshing Out. Pada tahap ini dihasilkan narasi (cerita) beserta metafornya, yang mudah dipahami dan dikenang yang berhubungan dengan masa kini dan masa datang
Dalam buku Scenario Planning: The Link Between Future and Strategy (Mats Lindgren & Hands Banhold, 2003), terdapat teknik berpikir TAIDA, yaitu Tracking, Analysis, Imaging, Deciding, dan Acting. TAIDA adalah perangkat berpikir yang sudah diujicoba secara luas, terutama di kalangan perencana proyek bisnis:
  • Tracking, yaitu memetakan dan menjelaskan perubahan-perubahan yang berdampak besar terhadap kehidupan masa kini dan masa datang.
  • Analysis, yaitu menganalisis dampak dari suatu perubahan dengan menggali sebab dari sebab, serta implikasi-implikasi dari implikas untuk menhasilkan gagaan skenario.
  • Imaging, yaitu merumuskan citra masa depan yang masuk akal dan logis menjadi pernyatan visi naratif.
  • Deciding, yaitu mengidentifikasi dan mengembangkan alur narasi skenario untuk mengatasi ancaman sekaligus mencapai visi dan tujuan.
  • Acting, yaitu rencana tindakan berdasarkan alur skenario yang telah diputuskan.

2 komentar: