Melacak
Jejak Gajah Purba di Pulau Sulawesi
Selasa
02 Feb 2016, 18:10 WIB
Muhammad
Nur Abdurrahman – detikNews
Makassar
- Gajah di Indonesia identik dengan Pulau Sumatera. Bagi orang Sulawesi,
mungkin tidak banyak yang mengira, spesies Gajah purba juga pernah hidup di
Sulawesi, sekitar 2,6 juta tahun lalu.
Arkeolog
Paleontolog Gert Van de Bergh, dari Universitas Wollongong, Australia, yang
dijumpai detikcom di simposiun The Archaeology of Sulawesi-an Update, yang
digelar Balai Arkeologi Makassar dan Austalian National University di hotel
Singgasana, Makassar, Selasa (2/2/2016), menyebutkan bahwa Tim Arkeologi
Universitas Utrecht yang bekerjasama dengan Pusat Survei Geologi kementerian
ESDM yang melakukan penggalian di situs Walanae, Kab. Soppeng, Sulawesi
Selatan, menemukan fosil gajah Stegoloxodon Celebensis dan fosil Gajah Stegodon
Sompoensis. Gajah Stegoloxodon diyakini hanya ada di Sulawesi, sementara
Stegodon memiliki kemiripan dengan Gajah Asia.
Gajah
purba Stegoloxodon Celebensis yang direkonstruksi dari fosil gigi dan
tengkoraknya, lanjut Gert, diyakini gajah purba ini memiliki empat gading dan
belum memiliki belalai seperti gajah sekarang. Tingginya pun hanya sekitar 1,5
meter.
"Gajah
purba Sulawesi ada kemiripan dengan fosil Gajah berusia 40 juta tahun yang
ditemukan di Maroko, rongga otaknya lebih kecil, memiliki 4 taring dan tidak
memiliki snorkle, hanya saja kami belum mengetahui mengapa gajah purba ini
punah, saat ini kami masih menelitinya," ujar Gert.
Selain Gajah Purba Sulawesi, Gert juga mengungkapkan bahwa proses penggalian di lapisan batu di situs Walanae, juga ditemukan fosil Kura-kura Raksasa, Colossochelys, yang memiliki tempurung berdiameter sekitar 1 meter dan fosil Babi Hutan Celebochoerus yang memiliki taring sepanjang 20 cm dan lebar 5 cm. Kedua fosil fauna purba ini juga berusia sekitar 2,6 juta tahun.
Selain Gajah Purba Sulawesi, Gert juga mengungkapkan bahwa proses penggalian di lapisan batu di situs Walanae, juga ditemukan fosil Kura-kura Raksasa, Colossochelys, yang memiliki tempurung berdiameter sekitar 1 meter dan fosil Babi Hutan Celebochoerus yang memiliki taring sepanjang 20 cm dan lebar 5 cm. Kedua fosil fauna purba ini juga berusia sekitar 2,6 juta tahun.
Dalam
proses eskavasi tim arkeologi di situs Walanae juga ditemukan artefak alat batu
yang diperkirakan digunakan manusia pre modern yang hidup sekitar 180 ribu
tahun silam. Penemuan ini menunjukkan pernah ada kebudayaan purba di Sulawesi.
Spesies manusia yang menggunakan artefak ini diperkirakan lebih tua dari
manusia pre modern yang ada di Timur Tengah, sekitar 100 ribu tahun lalu.
"Saat
ini belum ditemukan fosil manusia Homo Erectus yang menggunakan artefak
tersebut namun diperkirakan mirip dengan fosil manusia Flores, salah satu
kesulitannya di daerah tropis seperti Indonesia DNA hancur karena panas
sehingga tidak bisa diteliti," pungkas Gert yang sangat fasih menggunakan
Bahasa Indonesia ini.
Dalam
simposium yang digelar selama 4 hari (31 Januari-3 Februari 2016) ini selain
arkeolog, juga dihadiri ahli geologi, ahli ekologi dan antropolog dari beberapa
negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia dan negara Asia lainnya.
Rencananya, Rabu esok (3/2), para peserta simposium akan mengunjungi kawasan
situs lukisan purba tertua di dunia, di Leang-leang, Maros, Sulawesi Selatan.
(mna/dra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar