Sabtu, 01 Oktober 2016

Kreasi Pelajar Soppeng dalam APEX 2016

Balai Arekologi - Balar Sulsel menggelar Pagelaran Kemitraan Arkeologis di lapangan Gasis Watansoppeng, 26-29 September 2016. Selama empat hari empat malam, seluruh rangkaian acara diikuti sekitar 300 siswa-siswi pelajar dan guru sekolah menengah atas dari kabupaten Soppeng, Bone, Bulukumba, Selayar, Masamba, Walenrang, dan Tana Toraja. Dihadiri oleh kepala Puslitnas, perwakilan Balar Maluku, Medan, Jawa Barat, Pemda kabupaten Maros, dan Ikatan Arkeolog Indonesia, acara dibuka oleh wakil Bupati, dan ditutup oleh Bupati Soppeng.
APEX merupakan pengembangan dari even Kemah Arkeologi, yang selama 10 tahun terakhir dilaksanakan oleh Balar Sulsel di 10 kabupaten. Sedikit berbeda, APEX menekankan aspek kemitraan, partisipasi dan output kegiatan kreatif. Salah satunya adalah mendokumentasi dan memproduksi kreativitas pelajar dalam mengapresiasi situs sejarah dan ritus budaya di wilayahnya melalui cipta lagu dan pentas musik. Even ini diikuti 16 dari 21 sekolah menengah atas peserta APEX. Perlombaan ini menghasilkan 3 pementas terbaik dari aspek autentitas dan relevansi tema, kesesuaian lagu dan musik, serta teknik vokal.
Pada umumnya peserta mengemas lagu dan pementasannya secara sungguh-sungguh, pertanda perhatian siswa dan guru sangat antusias. Dari enam belas sekolah peserta lomba, hanya 3 yang kurang relevan dengan tema Peduli Situs Lembah Walanae dan situs lainnya di Sulawesi Selatan. Lirik-lirik lagu dinyanyikan dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara grup maupun solo. Genre musik yang diminati adalah balada dan pop - ada sedikit unsur dangdut dan rap - dengan mengandalkan peralatan musik perkusi gitar akustik, ukulele, gendang, biola, dan suling.
Even tahunan Balar Sulsel kali ini terasa ada nilai tambah dengan tumbuhnya kreativitas siswa bersama guru dalam mengapresiasi situs dan ritus budaya daerah. Situs Lembah Walanae dalam nyanyian menjadi kata kunci yang menjelaskan banyak hal tentang peradaban masa lalu dan masa kini masyarakat Soppeng dan sekitarnya. Dalam hal kemampuan, siswa-siswi daerah cukup baik dalam mengemas lagu dan melantunkannya secata grup dan solo. Kesenian, dalam hal ini seni musik terbukti dapat menjadi media kampanye yang efektif dan cocok dengan dunia pop kaum muda. Kreativitas mereka dapat menjadi alternatif dalam pengembangan dan pemanfaatan situs-situs arkeologi di Sulawesi Selatan.
Dari sisi dokumentasi, karya siswa ini akan menjadi satu album lagu yang bertajuk "Safe Walanae", dan dikemas secara audio-visual. Safe Walanae mencakup kampanye untuk konservasi, preservasi, dan revitalisasi kearifan budaya lokal. Sesuatu yang jarang atau mungkin belum dilakukan oleh Balai-balai Arkeologi dan instansi yang terkait dengan perlindungan situs prubakala. Sejauh ini hanya dalam bentuk buku dan pameran foto sebagai media kampanyenya. Melalui media audio-visual, kreativitas siswa bisa diakses oleh semua kalangan melalui internet agar pesan-pesan dalam lagu dapat diapresiasi secara utuh. .
Berikut ini adalah enam lirik lagu yang dinyanyikan oleh siswa-siswa dari enam sekolah menengah atas di kabupaten Soppeng. Tiga di antaranya adalah pemenang lomba.

1.  Penghuni Alam (SMAN Liliriaja)

2. Walennae Salo Lebbi (SMAN 1 Watansoppeng)
3. DINDAE (SMAN Marioriwawo)
4. Walennae ri Cabbenge (SMAN Marioriawa)
5. Alebbirenna Walennae (MA Pergis Ganra)
6. Rupa-rupanna Soppeng (SMKN 2 Watansoppeng)

   *by dg situju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar