Dari Alun-alun Pantai Seruni Bantaeng,
Balai Arkeologi Sulawesi Selatan (Balar Sulsel) dengan bangga menggelar Archeological
Partenership and Expose (APEX 2017). Ini adalah pagelaran dan kemitraan yang
kedua Balar Sulsel dengan pemerintah daerah yang bertajuk APEX sebagai
pengembangan dari Kemah Arkeologi sejak tahun 2006.
Kesan lain dari seorang ibu rumah tangga, Almi (45) yang singgah sepulang belanja di pasar malam. Perempuan paruh baya ini mengaku tertarik untuk menyaksikan penampilan siswa dari SMA Negeri 1 Selayar. Menurutnya, pertunjukan sendratari yang berjudul Daeng Camummu yang dipentaskan siswa SMA Negeri 1 Selayar sudah bagus, tapi terlalu singkat. Berbeda sekali dengan apa yang pernah disaksikannya di pulau Jampea kepulauan Selayar. Namun, menurut guru pendamping siswa SMAN 1 Selayar, penyingkatan dilakukan untuk memenuhi jangka waktu lima menit yang ditentukan panitia APEX. Penyesuaian dari sisi peralatan juga dilakukan, misalnya dari peralatan bedil yang digunakan Tuan untuk menembak Bangau Putih (tokoh Daeng Cammumu) menjadi panah yang digunakan seorang Pemuda Desa. Penyesuaian ini didasarkan pada konteks pemain dan penonton yang mayoritas pelajar.
Kreativitas seperti yang
dilakukan siswa SMAN 1 Selayar, juga terasa pada pertunjukan Tari Pagellu oleh
siswa-siswi SMA Negeri 6 Toraja Utara. Tarian itu dimainkan oleh 3 penari
siswi, 3 penari siswa dan 2 orang penabuh gendang secara apik, kompak dan indah
sesuai dengan pakem tari Pagellu. Sentuhan kreativitas tampak pada penggunaan
topeng pengawal dan orang tua, serta tameng senjata tanduk kerbau yang
dikenakan penari siswa. Unsur kreatif yang paling menonjol adalah nada teriakan
yang biasanya khas tarian masyarakat Toraja, yang bernada tinggi. Pada malam
itu, nada teriakan diturunkan, sehingga mirip sebuah sapaan akrab dalam
pergaulan remaja; ‘hai...hai-hai...”.
Dari aspek tematik, menurut
seorang juri lomba cipta dan pentas musik, apresiasi siswa-siswi kian terasa
kuat dibanding APEX 2016 di Watansoppeng. Hanya 2 dari 10 penampil yang dinilai
kurang mengapresiasi tema warisan budaya atau pun situs sejarah-arkeologi.
Penampilan SMA Negeri 1 Watansoppeng dan SMA Negeri 2 Watansoppeng menunjukkan
kemampuan siswa mengolah lirik bertema situs sekaligus memainkan peralatan
musik perkusi, tiup, petik, keyboard dalam suatu komposisi. Demikian halnya, penampilan
siswa-siswi SMA Negeri 5 Bantaeng, SMA Negeri 1 Selayar, dan SMA Negeri 1 Gowa.
Meskipun masih mengandalkan peralatan musik petik (gitar), komposisi lagunya
tidak lah mengecewakan. Misalnya, lagu yang disajikan SMAN 1 Gowa memasukkan
unsur irama ‘rap’ sebagai daya tarik penampilannya.
Dari ajang perlombaan Menulis Kreatif (Literasi Warisan Budaya), beberapa penulis remaja dinilai cukup berbakat. Meskipun tidak banyak, yakni 2-3 dari 12 peserta lomba. Kendala teknis seperti waktu pembekalan yang terbatas akibat kepadatan agenda APEX, sebagian siswa masih menulis berdasarkan ragam tulisan atau laporan ilmiah. Tuntutan untuk mengedepankan aspek informasi lapang (situs) juga mempengaruhi siswa, sehingga abai terhadap aspek imajinasi yang merupakan intik dari tulisan kreatif semacam features maupun essai. Tulisan siswa SMA Negeri 2 Bantaeng dan SMA Negeri 1 Selayar adalah 2 dari 12 naskah yang dinilai memenuhi karakteristik tulisan kreatif atau pun karangan bebas (creative-writing). Pada dua tulisan tersebut, unsur deskriptif-informatif (laporan field trip) dikemas dengan gaya penulisan (features), gaya bahasa (kiasan, metafor), dan kronologi perjalanan (caper – catatan perjalanan) yang menarik.
Dari ajang perlombaan Menulis Kreatif (Literasi Warisan Budaya), beberapa penulis remaja dinilai cukup berbakat. Meskipun tidak banyak, yakni 2-3 dari 12 peserta lomba. Kendala teknis seperti waktu pembekalan yang terbatas akibat kepadatan agenda APEX, sebagian siswa masih menulis berdasarkan ragam tulisan atau laporan ilmiah. Tuntutan untuk mengedepankan aspek informasi lapang (situs) juga mempengaruhi siswa, sehingga abai terhadap aspek imajinasi yang merupakan intik dari tulisan kreatif semacam features maupun essai. Tulisan siswa SMA Negeri 2 Bantaeng dan SMA Negeri 1 Selayar adalah 2 dari 12 naskah yang dinilai memenuhi karakteristik tulisan kreatif atau pun karangan bebas (creative-writing). Pada dua tulisan tersebut, unsur deskriptif-informatif (laporan field trip) dikemas dengan gaya penulisan (features), gaya bahasa (kiasan, metafor), dan kronologi perjalanan (caper – catatan perjalanan) yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar