PRA singkatan dari Participatory Rural
Appraisal atau penelitian yang partisipatoris berbasis masyarakat kampung;
suatu metode penggalian dan pendokumentasian informasi yang dilakukan oleh
masyarakat untuk merancang tindakan pemecahan masalah. PRA merupakan salah satu
varian dalam riset aksi (action research)
untuk perubahan (transformasi) sosial. Sebagai suatu alternatif dari model yang
lama (konvensional), PRA mengutamakan peran masyarakat sebagai subjek
penggalian dan pendokumentasian informasi lapang. Para ahli atau peneliti
akademis diposisikan senbagai orang luar, yang harus mengintegrasikan
pengalamannya ke dalam komunitas. Peran utama peneliti akademis ini adalah
enumerator sekaligus fasilitator yang memiliki visi dan tujuan yang sama dengan
komunitas, yaitu melakukan transfromasi sosial. Dengan begitu sebuah hasil
penelitian akan menguntungkan (memihak) komunitas, yang berarti pula memecahkan
persoalan nyata masyarakat. Di sisi lain, pihak luar mendapat pengetahuan baru
dari masyarakat, dan berkontribusi dalam pemecahan persoalan kemasyarakatan.
Suatu pernyataan yang lazim terungkap bahwa penelitian akademis betrsifat
ilmiah dan bebas dari kepentingan atau tidak memihak alias netral dari
kenyataan objektif. Pada saat yang sama, para ilmuan sosial dewasa ini semakin
menyadari bahwa pendekatan akademis dengan jargon ilmiah semakin melanggengkan
kekuasaan. Peneltian ilmiah ini telah menjauhkan hasil penelitiannya (kebenaran
ilmiah) dari masyarakat pemilik objek penelitian. Dengan kata lain, masyarakat
tidak menerima manfaat langsung dari hasil peneltian, dan peneliti tidak
berkontribusi dalam pemecahan masalah komunitas. Hasil-hasil penelitiannya
menjadi dokumen yang tertutup, hanya dikonsumsi oleh kalangan terbatas.
Kebanyakan hasil-hasil peneltian itu menjadi dasar perencanaan pembangunan
pemerintah maupun swasta, yang justru tidak tepat sasaran, bahkan
memarjinalisasi masyarakat dari sumberdaya alamnya.
Pertanyaannya kemudian, apakah riset sosial yang partisipatoris non-ilmiah? Penjelasan atas pertanyaan ini bergantung pada sisi pandang ilmuan atau
pelakunya. Para ilmuan atau peneliti riset-riset aksi partisipatoris, termasuk
PRA seperti Psulo Freire, Ivan Illich, dan Mansour Fakih bersama para pegiat
pengorganisasian komunitas telah lama merintis bangunan teori transformasi
sosial sebagai alternatif dari kebuntuan penelitian akademis. Hasil-hasil
penelitian mereka telah diakui sebagai karya ilmiah di bidang ilmu-ilmu sosial
dan humaniora konremporer, Sehingga tidak ada lagi monopoli klaim ilmiah. Trend
pemikiran sosiologi kontemporer adalah membebaskan manusia dari belenggu
penindasan dan perangkap kemiskinan. Ilmu pengetahuan diproduksi untuk
memecahkan persoalan kontemporer seperti konflik komunal, korupsi, patologi
sosial, kemiskinan struktural, wabah virus yang mematikan, bencana ekologis,
dsb. Ilmuan sosial dewasa ini, juga perguruan tinggi semakin menyadari
pentingnya meletakkan masyarakat sebagai subjek perubahan sosial dalam konteks pembangunan.
Jika diandaikan PRA sebagai metode dalam penelitian arkeologi, maka asumsi
yang harus dibangun adalah masyarakat lokal (kampung) sebagai pemilik yang sah
atas sumberdaya arkeologi dan ekologi, baik dalam proses eksplorasi maupun konservasinya. Program pelestaruan dan pemanfaatan sumberdaya arkeologi harus lah sejalan
dengan program pemberdayaan atau pun pelembagaan kearifan dan pengetahuan lokal.
Keduanya pun ibarat dua sisi mata-uang.
Menurut para ahli dan pegiat riset aksi partisipatoris, di antaranya Wardah Hafidz dari UPC-Jerami Indonesia, PRA memiliki lima
prinsip kunci. Kelima prinsip ini merupakan panduan moral-intelektual bagi
seorang peneliti, sebagai berikut:
- Partisipasi: masyarakat lokal menjadi mitra sekaligus pelaku utama dalam pengumpulan data dan analisa
- Fleksibilitas: tidak menggunakan metodologi yang distandarisasi (standardized methodology), metodologi disesuaikan dengan tujuan, sumber daya yang ada, keahlian, dan waktu
- Kerja Tim (Team Work): kerja tim antara masyarakat lokal dan praktisi pembangunan, lelaki dan perempuan, keterlibatan berbagai disiplin ilmu menjadi penting didalam PRA
- Optimal: efisien dalam penggunaan waktu dan biaya dan memanfaatkan beragam peluang yang ada sebaik mungkin.
- Keingintahuan: tidak bersikap serba tahu sebaliknya perlu mengembangkan sikap ingin tahu.
- Sistematis: mengembangkan sistem yang mendukung validitas dan reliabilitas melalui misalnya stratified sampling dan cross-checking
Kelima prinsip kunci dari PRA di atas merupakan dasar dari berbagai kegiatan PRA
apapun tujuan dan maksudnya. PRA sangat membutuhkan partisipasi masyarakat yang
menjadi subjek karena metode yang dikembangkan didesain untuk memampukan masyarakat
lokal berpartisipasi, tidak hanya menjadi sumber informasi (seperti misalnya
dalam survei).
Masyarakat lokal menjadi mitra dari tim PRA dalam mengumpulkan dan menganalisa
informasi. Di sinilah teknik visual memiliki peran dimana masyarakat yang buta
huruf pun bisa sepenuhnya berpartisipasi.
Karena tidak ada cetak biru dari kegiatan PRA, teknik-teknik yang dipilih dan bagaimana berbagai teknik tersebut dipakai akan disesuaikan dengan konteks proyek atau program pembangunan yang akan dilaksanakan dan sumber daya yang tersedia. Secara umum, PRA lebih baik dilaksanakan oleh tim yang beranggotakan masyarakat lokal (berbicara bahasa lokal) dengan beberapa peneliti (outsiders), representasi yang memadai dari perempuan, dan bauran ahli-ahli sektoral dan ilmuwan sosial sesuai dengan topik yang dipilih. Tim menggunakan waktu yang cukup di masyarakat tidak hanya untuk mengumpulkan informasi tetapi juga analisa di lapangan (in-the-field analysis) dan perencanaan awal (initial planning).
Karena tidak ada cetak biru dari kegiatan PRA, teknik-teknik yang dipilih dan bagaimana berbagai teknik tersebut dipakai akan disesuaikan dengan konteks proyek atau program pembangunan yang akan dilaksanakan dan sumber daya yang tersedia. Secara umum, PRA lebih baik dilaksanakan oleh tim yang beranggotakan masyarakat lokal (berbicara bahasa lokal) dengan beberapa peneliti (outsiders), representasi yang memadai dari perempuan, dan bauran ahli-ahli sektoral dan ilmuwan sosial sesuai dengan topik yang dipilih. Tim menggunakan waktu yang cukup di masyarakat tidak hanya untuk mengumpulkan informasi tetapi juga analisa di lapangan (in-the-field analysis) dan perencanaan awal (initial planning).
Mengingat data yang dikumpulkan dari PRA umumnya kurang kondusif untuk analisa
statistik (karena sebagian besar bersifat kualitatif dan ukuran sampelnya
relatif kecil), beberapa cara alternatif telah dikembangkan untuk memastikan
validitas dan reliabilitas dari temuan. Cara tersebut meliputi sampling
berdasar stratifikasi masyarakat baik oleh lokasi geografis ataupun
kesejahteraan relatif, dan cross-checking, yaitu menggunakan sejumlah teknik untuk
menginvestigasi pandangan pada satu topik tertentu (termasuk melalui pertemuan
komunitas untuk mendiskusikan temuan dan mengoreksi inkonsistensi), (Dg. Situju)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar